Setelah bencana, ketika banyak rumah hancur dan korban terpaksa berlindung di tenda pengungsian, suhu udara yang turun drastis di malam hari sering kali menjadi ancaman kesehatan yang serius. Palang Merah Indonesia (PMI) memahami bahwa memberikan Penghangat di Malam Dingin adalah sama pentingnya dengan menyediakan makanan dan air bersih. Misi distribusi selimut, tikar, dan perlengkapan tidur lainnya oleh PMI merupakan bagian integral dari layanan shelter dan relief (bantuan) darurat. Upaya penyediaan Penghangat di Malam Dingin ini bertujuan melindungi korban, terutama lansia dan anak-anak, dari risiko hipotermia dan penyakit pernapasan. Kesiapan PMI dalam menyalurkan Penghangat di Malam Dingin secara tepat waktu sangat menentukan kenyamanan psikologis dan fisik para penyintas.
Proses distribusi perlengkapan tidur ini dimulai segera setelah posko pengungsian didirikan. Tim logistik PMI harus memastikan bahwa setiap individu, terutama yang tidur di alas tanah atau tenda terbuka, menerima minimal satu selimut tebal dan satu tikar atau alas tidur. Dalam operasi tanggap darurat pasca-gempa di wilayah dataran tinggi pada 19 Februari 2026, PMI mencatat total 8.500 selimut dan 5.200 tikar telah didistribusikan dalam waktu 48 jam pertama. Data ini menunjukkan skala dan kecepatan respons logistik PMI dalam mengatasi kebutuhan mendesak.
Penyaluran bantuan ini tidak dilakukan secara acak. Relawan PMI menggunakan data asesmen yang cepat untuk memprioritaskan distribusi. Keluarga dengan bayi, ibu hamil, dan lansia selalu menjadi prioritas utama penerima bantuan non-food item (NFI) ini. Selain itu, PMI juga memastikan bahwa selimut yang didistribusikan sesuai dengan standar kualitas yang mampu menahan suhu rendah. Pada pukul 19.00 WIB pada hari Kamis, 20 Februari 2026, relawan PMI menyisir setiap blok pengungsian untuk membagikan termos air panas dan sleeping bag tambahan kepada para petugas keamanan dan relawan yang bertugas menjaga posko pada malam hari.
Aspek keamanan dalam distribusi bantuan, termasuk selimut, selalu menjadi perhatian. Untuk mencegah penumpukan atau penjarahan logistik di tengah situasi yang rentan, PMI berkoordinasi erat dengan aparat keamanan. Kepolisian Resor (Polres) setempat menugaskan Brimob (Brigade Mobil) sebanyak 15 personil untuk mengawal konvoi truk logistik dari gudang regional menuju lokasi pengungsian. Pengawalan ini berlangsung dari pukul 06.00 hingga 18.00 WIB setiap hari selama fase tanggap darurat, memastikan bahwa setiap item bantuan, termasuk selimut dan perlengkapan tidur, tiba dengan aman dan dapat disalurkan secara adil kepada setiap keluarga yang membutuhkan. Dengan adanya perlengkapan tidur yang memadai, para penyintas dapat beristirahat dengan tenang, memberikan Pondasi Harapan untuk pemulihan fisik dan mental mereka.