Dari Tanggap Darurat ke Pemulihan: Program Rekonstruksi Komunitas oleh PMI

Ketika bencana alam berlalu, fase tanggap darurat yang intensif pun berakhir. Namun, bagi masyarakat terdampak, perjalanan pemulihan baru saja dimulai. Di sinilah Palang Merah Indonesia (PMI) mengalihkan fokus dari penyelamatan nyawa menjadi pembangunan kembali kehidupan melalui Program Rekonstruksi Komunitas. Program Rekonstruksi ini adalah fase jangka menengah hingga jangka panjang yang dirancang untuk membantu komunitas tidak hanya kembali ke keadaan normal, tetapi juga membangun ketahanan yang lebih baik (build back better) untuk menghadapi bencana di masa depan. Pendekatan PMI dalam Program Rekonstruksi bersifat holistik, tidak hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada pemulihan mata pencaharian, kesehatan, dan kapasitas kesiapsiagaan lokal.


Transisi dari Relief ke Recovery

Transisi dari pemberian bantuan darurat (relief) ke pemulihan (recovery) adalah langkah yang sangat terencana. Setelah layanan Dapur Umum dan Pos Kesehatan Lapangan ditutup, PMI memulai penilaian kebutuhan pemulihan yang komprehensif. Penilaian ini melibatkan relawan dan staf yang bekerja sama dengan pemerintah desa, Bappeda lokal, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengidentifikasi kerusakan, potensi ekonomi, dan kerentanan komunitas.

Fokus utama dalam Program Rekonstruksi PMI adalah pada penyediaan shelter yang aman dan berkelanjutan. Berbeda dengan tenda yang hanya berfungsi sementara, PMI membantu pembangunan Hunian Sementara (Huntara) atau Hunian Tetap (Huntap) yang didesain tahan gempa atau disesuaikan dengan ancaman bencana lokal. Misalnya, setelah gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada tahun 2018, PMI bekerja sama dengan arsitek lokal untuk mengembangkan desain rumah tahan gempa yang menggunakan bahan lokal.


Pilar Utama Program Rekonstruksi Komunitas

Program Rekonstruksi yang dilakukan oleh PMI mencakup beberapa pilar yang saling terkait untuk memastikan pemulihan yang utuh:

  1. Pemulihan Mata Pencaharian: Bencana seringkali menghancurkan sumber pendapatan utama, seperti lahan pertanian, perahu nelayan, atau peralatan dagang. PMI memberikan bantuan modal kerja, pelatihan keterampilan baru, atau penggantian aset produksi yang rusak. Pada kasus bencana banjir di Subang, Jawa Barat, pada hari Rabu, 11 September 2024, PMI mendistribusikan benih padi berkualitas tinggi dan pelatihan teknik tanam pasca-banjir kepada 300 kelompok petani lokal.
  2. Kesehatan dan Sanitasi Jangka Panjang: PMI tidak hanya menyediakan air bersih di masa darurat, tetapi juga membantu perbaikan dan pembangunan kembali fasilitas air dan sanitasi komunal, seperti sumur dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) komunal yang lebih tahan lama.
  3. Pengurangan Risiko Bencana (PRB): Ini adalah kunci dari membangun kembali yang lebih baik. PMI melatih dan mendirikan Forum Kesiapsiagaan Bencana Desa yang terdiri dari tokoh masyarakat dan pemuda setempat. Mereka dilatih dalam membuat peta risiko, menyusun rencana evakuasi, dan mengoperasikan sistem peringatan dini sederhana.

Kolaborasi dan Akuntabilitas

Keberhasilan Program Rekonstruksi sangat bergantung pada kolaborasi. PMI bekerja sama erat dengan berbagai pihak, termasuk donatur internasional, lembaga PBB, dan terutama pemerintah daerah. Setiap dana yang disalurkan, termasuk bantuan tunai untuk rekonstruksi rumah, dicatat secara transparan dan diverifikasi oleh tim pengawas yang melibatkan perwakilan masyarakat.

Laporan akhir dari Program Rekonstruksi PMI di wilayah yang terkena Tsunami di Pandeglang, Banten, pada tahun 2019, menunjukkan bahwa lebih dari 85% komunitas yang dibantu telah kembali ke tingkat ekonomi dan sosial pra-bencana, berkat pendekatan yang berfokus pada pemberdayaan lokal, bukan sekadar pemberian bantuan fisik. PMI memastikan bahwa setiap upaya Program Rekonstruksi menempatkan penyintas sebagai agen utama dalam proses pemulihan mereka sendiri.