Setelah fase penyelamatan dan evakuasi selesai, tantangan besar berikutnya di daerah terdampak bencana adalah mencegah timbulnya wabah penyakit menular. Dalam hal ini, Kontribusi PMI melalui program Water and Sanitation (Watsan) menjadi sangat penting, menjadikannya garis pertahanan utama kesehatan masyarakat di pengungsian. Kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak adalah pemicu utama penyebaran penyakit seperti diare, kolera, dan tifus. Kontribusi PMI difokuskan pada penyediaan infrastruktur sementara yang aman dan edukasi higienis kepada para penyintas. PMI memahami bahwa menjaga kesehatan lingkungan sama pentingnya dengan menyelamatkan nyawa secara langsung.
Salah satu aspek krusial dari Kontribusi PMI adalah penyediaan air bersih yang terjamin kualitasnya. Tim Watsan PMI memiliki unit filtrasi air bergerak yang mampu memurnikan air dari sumber apa pun—sungai, sumur, atau bahkan air hujan—menjadi air layak konsumsi. Berdasarkan laporan internal PMI Provinsi Jawa Timur, selama penanganan gempa di salah satu kabupaten pada Maret 2024, tim Watsan PMI berhasil memasang dan mengoperasikan lima unit tangki air portabel berkapasitas total 25.000 liter yang didistribusikan setiap hari ke berbagai titik pengungsian. Setiap titik distribusi air juga disertai dengan edukasi cara penggunaan air bersih yang higienis.
Selain air, sanitasi yang memadai di pengungsian adalah kunci pencegahan wabah. PMI bertugas membangun fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) darurat dan memastikan pembuangan limbah dilakukan sesuai standar kesehatan. Relawan PMI juga aktif melakukan promosi kesehatan (promkes), mengajarkan praktik mencuci tangan yang benar, serta mendistribusikan paket kebersihan pribadi (hygiene kits) kepada setiap keluarga pengungsi. Untuk memastikan lokasi pengungsian tetap kondusif, PMI berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat dan petugas keamanan untuk memantau kualitas air dan kebersihan lingkungan. Tim Watsan PMI, yang seringkali terdiri dari 15 teknisi dan relawan terlatih, bekerja dalam shift 12 jam untuk memastikan operasi berjalan 24 jam penuh di pekan pertama bencana. Melalui dedikasi ini, PMI berhasil meminimalkan risiko wabah, sebuah tugas kemanusiaan yang sering kali luput dari sorotan publik.