Dalam situasi pasca bencana, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita merupakan kelompok yang paling rentan terhadap risiko kesehatan dan nutrisi. Oleh karena itu, kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ditetapkan sebagai Layanan Prioritas PMI yang harus segera diaktifkan di lokasi pengungsian. Fokus pada KIA memerlukan pendekatan yang sangat spesifik, karena kebutuhan nutrisi dan medis kelompok ini jauh berbeda dengan populasi dewasa lainnya. Melalui Posko Kesehatan dan unit mobilnya, PMI berupaya keras memastikan Layanan Prioritas PMI ini menjangkau setiap ibu dan anak di area terpencil atau padat pengungsian. Keberhasilan dalam memberikan Layanan Prioritas PMI ini menjadi indikator penting dalam pemulihan masyarakat secara keseluruhan.
Risiko Kesehatan Ganda pada Kelompok KIA
Pasca bencana, kelompok KIA menghadapi ancaman ganda:
- Gizi Buruk: Kehilangan akses ke makanan bergizi dan air bersih meningkatkan risiko malnutrisi, terutama pada balita. Ibu menyusui juga memerlukan asupan kalori dan nutrisi yang lebih tinggi.
- Keterbatasan Medis: Fasilitas kesehatan yang rusak membuat ibu hamil kesulitan mengakses pemeriksaan kandungan rutin, sementara bayi dan balita rentan terhadap penyakit infeksi seperti diare dan ISPA akibat lingkungan pengungsian yang kurang higienis.
Komponen Kunci Layanan Prioritas PMI untuk KIA
PMI menerapkan serangkaian program spesifik untuk mengatasi risiko-risiko ini:
- Distribusi Nutrisi Khusus: PMI memastikan adanya distribusi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) bagi balita di atas enam bulan. Untuk ibu hamil dan menyusui, PMI menyediakan Suplemen Gizi Tambahan berupa biskuit atau vitamin yang mengandung zat besi dan asam folat, yang didistribusikan setiap hari Rabu di posko utama.
- Dukungan ASI: Relawan PMI, khususnya bidan dan perawat, memberikan edukasi dan dukungan psikososial kepada ibu menyusui. Di tengah tekanan bencana, stres dapat menghambat produksi ASI. PMI berupaya menciptakan sudut-sudut menyusui yang tertutup dan nyaman di area pengungsian untuk menjaga privasi dan kenyamanan ibu.
- Pemantauan Kesehatan: PMI mendirikan Posyandu darurat. Di sana, relawan melakukan penimbangan rutin untuk memantau status gizi balita dan mencatat riwayat imunisasi yang hilang akibat bencana. PMI mencatat bahwa rata-rata bayi yang baru lahir pasca bencana di wilayah tertentu memerlukan pendataan khusus hingga enam bulan pasca bencana.
- Persalinan Aman: PMI berkoordinasi dengan Rumah Sakit Rujukan terdekat untuk memastikan ibu hamil yang sudah mendekati tanggal perkiraan persalinan (HPL) dapat dievakuasi dini menggunakan ambulans PMI. Pada tahun 2023, tercatat PMI berhasil memfasilitasi persalinan aman bagi lebih dari 50 ibu hamil di lokasi bencana di berbagai daerah.